Hari itu, Teras Ciliwung ramai oleh tangan-tangan yang tak hanya menanam pohon, tapi juga menanam harapan. Bersama PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI), Indonesia Care, Aliansi Jurnalis Peduli Lingkungan Indonesia (AJPLI), Squad Penanggulangan Bencana Indonesia (PBI), Human Initiative, dan Komunitas Baca Ciliwung (KBC), kami menanam 40 pohon buah di DAS Kali Ciliwung—membiarkan akar kebaikan tumbuh di tanah bantaran yang dulu sering dilupakan. Ada jambu, mangga, dan belimbing yang kelak bisa jadi peneduh, pengikat tanah, dan pemanis cerita.
Tak berhenti di menanam, kami pun turun ke aliran: mengangkat sampah, menyisir rumput liar, dan membiarkan sungai bernapas lega. Di tengah keringat dan tawa, lahirlah ruang bincang bertajuk Ngopling—Ngobrol Peduli Lingkungan, sebuah forum dadakan yang hangat namun dalam. Di sana, isu sungai tak hanya jadi keluhan, tapi diurai bersama jadi rencana-rencana kecil yang bisa dikerjakan siapa saja.
Aksi ini mungkin sederhana, tapi dampaknya terasa seperti riak air: menyebar, menyentuh, menggerakkan. Karena kami percaya, perubahan besar tak selalu datang dari megafon atau panggung tinggi—kadang justru lahir dari satu cangkul di tanah, satu kantong sampah yang diangkat, satu obrolan di pinggir sungai. Dan dari sana, semoga tumbuh generasi yang tak hanya membaca sungai, tapi juga menjaganya.